Sabtu, 19 Mei 2012

Manusia dan Keindahan

1. Pengertian Keindahan
    Berasal dari kata "indah" yang dapat diartikan elok, cantik, dan sebagainya. Unsur yang mempunyai sifat keindahan dalam kehidupan manusia sangatlah banyak. Dapat berupa hasil seni, pemandangan alam, bentuk rumah, bahkan manusia itu sendiri. Keindahan sifatnya universal, sangat umum dan tidak mengikat.

2.Manusia dan Keindahan
Keindahan termasuk salah salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Semua manusia menyukai keindahan, dan hampir semua manusia juga mempunyai persepsi tersendiri mengenai objek keindahan apa yang menurutnya dapat dikatakan indah.

Dalam arti estetis keindahan bisa berdasarkan penglihatan, pendengaran, jadi keindahan yang seluas-luasnya meliputi :
- Keindahan seni
- Keindahan alam
- Keindahan moral
- Keindahan intelektual
Menurut penulis pribadi, keindahan dapat diartikan kecocokan atau keselarasan yang terdapat diantara dua objek yaitu suatu benda yang diamati dan manusia yang mengamatinya. Hal ini karena setiap orang memiliki pemandangan atau selera yang berbeda-beda terhadap suatu objek yang diamatinya. 

Manusia dan Penderitaan

1. Pengertian


Penderitaan, salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan hidup seorang manusia. Hampir semua manusia pernah merasakannya. Penderitaan dapat berupa sesuatu yang dijalani oleh manusia bukan atas keinginannya atau dalam keadaan yang tidak menyenangkan. 
Penderitaan yang dialami oleh manusia bisa dalam bentuk penderitaan fisik, penderitaan batin maupun gabungan diantara kedua nya.


2. Contoh penderitaan yang dialami manusia

  • Penderitaan Fisik . Contoh penderitaan yang dialami manusia dalam bentuk fisik adalah yang disebabkan oleh penyakit. Terutama apabila manusia tidak dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya dalam waktu yang lama.
  • Penderitaan Batin. Contohnya adalah konflik batin berkepanjangan yang dialami seorang anak yang diakibatkan oleh ketidakharmonisan di antara kedua orangtua nya. hal ini biasa akan berdampak membuat anak merasa menderita batinnya.
  • Penderitaan Batin dan Fisik. Contohnya adalah korban kekerasan dalam rumah tangga, semisal seorang perempuan yang tidak diperlakukan dengan baik oleh suaminya, dikerasi secara fisik dan batin yang akan menimbulkan penderitaan pada perempuan tersebut.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.
Mengenai penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang gamblang dapat dapat dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme. Misalnya Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi seorang filsuf besar, masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.